Senin, 1 Maret 2010 — Nguri-uri seni budaya tradisional di era modern seperti sekarang ini merupakan pekerjaan yang tidak gampang. Namun, tidak demikian yang terjadi di SMP Negeri 2 Demak. Di sekolah bertaraf internasional (SBI) satu-satunya yang ada di kota wali itu, seni tradisional ternyata dijadikan sebagai kegiatan wajib. Sementara jenis kesenian yang dipilih adalah karawitan.
Kiprah siswa di sekolah tersebut dalam berkarawitan belakangan ini semakin memperoleh perhatian banyak kalangan. Itu tak lain karena mereka kian mahir memainkan puluhan gending Jawa. Dan anak asuh H Rokhmad Soendjojo itu kini membentuk sebuah paguyuban yang bernama Siswo Espero.
Menurut Rokhmad Soendjojo, mewajibkan kegiatan karawitan telah sesuai dengan kurikulum SBI yang berlaku saat ini. Dalam kurikulum disebutkan bahwa kegiatan ‘wawasan budaya’ harus dilaksanakan sekolah-sekolah unggulan. Tujuannya tak lain untuk mendidik siswa agar sanggup melestarikan budaya warisan leluhur. “Kami memilih seni karawitan. Kesenian ini belakangan tak banyak lagi dilirik kalangan remaja. Karena itu kami bertekat untuk melestarikannya,” ujar Soendjojo.
Dia menuturkan, antusias siswanya terhadap seni karawitan ternyata cukup tinggi. Terbukti setiap kali latihan siswa yang hadir selalu banyak. Bahkan selalu lebih banyak dibanding peralatannya. Seperangkat alat gamelan yang ada sebanyak 13 jenis, meliputi kendang, gong, kenong, kempul, bonang, saron, gender, peking, slentem, ketuk dan demung. Sementara siswa yang hadir setiap latihan jumlahnya bisa mencapai 30 anak. “Ya terpaksa gentian. Atau kalau tidak, yang belum kebagian alat ikut nembang saja,” tuturnya.
Nurul Afifah, salah satu sinden (vokalis) Siswo Espero menambahkan, ketertarikannya menekuni karawitan tak lain karena jenis kesenian tersebut yang mulai ditinggalkan remaja Jawa. Ironisnya, kesenian tradisional Jawa itu kini justru banyak dimainkan warga asing. Banyak warga Jepang, Belanda maupun Kanada yang kian tertarik dan mendalami karawitan. “Masih lekat dalam ingatan saya, Hiromi, sinden asal Jepang saat melantunkan tembang-tembang Jawa di pementasan wayang kulit yang berlangsung di Pendopo Kabupaten Demak empat tahun lalu. Suaranya indah sekali,” ungkapnya. Karena itu, tandas dia, sebagai orang Jawa, malu rasanya jika kita sampai kalah dengan mereka. “Saatnya kita menyatukan komitmen untuk terus nguri-uri seni tradisional. Apa yang telah saya lakukan bersama anggota Siswo Espero ini hendaknya diikuti pelajar sekolah lain, sehingga karawitan tak lekang di telan jaman,” ujarnya. (Anang)
Sumber: http://www.demakkab.go.id/
0 Tanggapan to “Siswo Espero, Lestarikan Seni Karawitan”